Goa Selarong Bukti Perlawanan Pangeran Diponegoro Menggetarkan Belanda!

Bantul, Peristiwaterkini – Pada 20 Juli 1825, Residen Belanda di Yogyakarta, Smissaert, membuat kekeliruan besar.

Ia mengirim surat panggilan kepada Pangeran Diponegoro yang disampaikan oleh dua orang pegawai rendahan.

Namun, sang pangeran tidak menggubris panggilan tersebut. Bahkan, ia mempersiapkan perlawanan yang akan menggetarkan Belanda.

Setelah dua kali panggilannya ditolak, Smissaert marah dan merasa terhina. Ia memerintahkan satu detasemen pasukan yang dipimpin oleh Asisten Residen Chevallier menuju Tegalrejo.

Pasukan itu berkekuatan 50 orang yang terdiri atas pasukan infantri dan hussar yang diperkuat dengan dua pucuk meriam.

Namun, Pangeran Diponegoro dan pengikutnya telah mengetahui kedatangan pasukan tersebut.

Mereka mengundurkan diri ke Desa Selarong, yang telah dipersiapkan sebagai markas komando.

Desa Selarong adalah satu desa strategis yang berada di kaki bukit kapur, yang berjarak lebih kurang sembilan kilometer dari Yogyakarta.

Pada 28 Juli 1825, Pangeran Diponegoro telah berkumpul dengan beberapa orang bangsawan, termasuk Pangeran Mangkubumi, Pangeran Adinegoro, dan Pangeran Panular.

Mereka mempersiapkan rencana strategis dan langkah-langkah taktis untuk merebut dan menguasai seluruh wilayah Kesultanan Yogyakarta.

Diponegoro memerintahkan Joyomenggolo, Bahuyuda, dan Hanggowikromo, untuk memobilisasi orang desa di sekitar Selarong agar siap melakukan perang.

Ia juga menyusun rencana untuk mengusir orang-orang Belanda dan China dari wilayah Kesultanan Yogyakarta.

Perang Jawa telah dimulai, dan Pangeran Diponegoro siap untuk memimpin perlawanan terhadap Belanda.

Apakah Belanda siap untuk menghadapi perlawanan ini? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Perang Jawa akan menjadi salah satu perang terbesar dalam sejarah Indonesia, dan Pangeran Diponegoro akan menjadi salah satu pahlawan nasional yang paling dihormati.

Mari kita simak kisah perjuangan Pangeran Diponegoro dan perang Jawa yang bersejarah ini.