PERISTIWATERKINI.NET – Saat geliat pariwisata kembali menggeliat pascapandemi, Yogyakarta tampil menonjol dengan pendekatan yang lebih dalam dan bermakna:
memadukan budaya lokal dan nilai edukatif sebagai strategi utama pemasaran.
Tak lagi sekadar destinasi liburan, kota budaya ini menjelma menjadi ruang belajar dan refleksi yang penuh kehangatan.
Salah satu contoh nyata hadir dari Loman Park Hotel, yang mengusung konsep pelayanan berbasis budaya Jawa.
“Keramahan adalah DNA Jogja yang kami hadirkan sepenuh hati,” ungkap Handono,
Founder sekaligus Managing Director hotel tersebut, pada Sabtu (3/4/2025).
Tamu disambut dengan senyuman tulus serta pertunjukan tari tradisional upaya membangun kesan pertama yang kuat dan otentik.
Lebih dari sekadar hotel, Loman Park juga merancang paket hunian jangka pendek bagi mahasiswa dari luar daerah maupun luar negeri.
Melalui kerja sama dengan universitas, mereka memperkenalkan kehidupan lokal yang sarat nilai kepada para pendatang muda.
“Kami ingin tamu merasa seperti pulang ke rumah kedua,” tambah Handono.
Pendekatan serupa digaungkan oleh para pemerhati wisata edukatif.
Agus Budi Rahman, pengamat pariwisata Yogyakarta, menilai bahwa kekuatan wisata Jogja ada pada keberanian kembali ke akar: hidup selaras dengan alam dan tradisi.
“Wisata edukatif bukan soal nostalgia, tapi soal kesadaran,” jelasnya.
Mulai dari menanam padi, menggiling kedelai, hingga memasak di dapur
tradisional semua ini adalah pengalaman yang membangkitkan nilai kemanusiaan.
Yogyakarta kini membuktikan bahwa inovasi dalam pariwisata bukan hanya soal teknologi, melainkan soal menyentuh hati.
Dengan strategi berbasis budaya dan edukasi, kota ini menarik wisatawan tidak
hanya untuk datang, tapi juga untuk belajar, merasakan, dan pulang dengan cerita.
